Tentang Susu dan RAPERDA KIBBLA (Rancangan Peraturan Daerah Kesehatan Ibu Bayi dan Balita)

Kamis, 29 Januari 2009
Ini adalah jenis perda yang sedang ngetrend di berbagai daerah untuk disahkan, di Kabupaten Bandung contohnya. Maunya sih dianggap sudah berpersfektif gender peduli terhadap beban ganda peran perempuan. Tapi isinya!!! Tunggu dulu, jangan-jangan menyalahkan tubuh perempuan, lagi!

Didalamnya ada aturan Ibu yang tidak menyusui anaknya selama 6 bulan akan diberi sanksi moral berupa pengumuman ke publik. para penyusun draft perda itu gak yah kalau gak semua ibu yang melahirkan keluar air susunya? Boleh-boleh saja kan menyusukan anak pada orang lain.

Nabi Muhammad kecil saja dulunya disusukan pada Halimatus Sa`diyah, dengan alasan salah satunya kualitas air susu perempuan desa dianggap lebih baik. mungkin karena belum tercemar rokok atau semur jengkol.

Lalu verifikasi ibu tidak menyusui gimana ya? Apa setiap hari anggota satpol PP masuk ke rumah-rumah ibu yang baru melahirkan bayi trus diliatin menyusu apa ngak selama 6 bulan gitu kali ya.

Angkat topi dan jempol buat pemerintah Norwegia yang bikin aturan bagi ibu menyusui boleh cuti selama 2 tahun meskipun tunjangan hanya diberikan 3 bulan. Bukan nyalahin perempuan atau keengganan susu keluar airnya!

ada lagi pasal yang menyebutkan Ibu yang melahirkan harus ditangani bidan atau dokter medis dan gak boleh dibantu paraji (ini bahasa Sunda saduran dari B. Arab. Kalau di Sunda artinya dukun beranak, kalau di Arab maaf... Vagina) padahal angka kebutuhan bidan masih sangat tinggi. Memang sih orang berduit bisa menjangkau Rumah sakit atau puskesmas tapi yang gak punya duit? Memangnya akses jalan di kab. Bandung sudah mulus halus plus banyak angkutan? Terus pelayanan kesehatan buat ibu dan balita sudah menjangkau seluruh kab. Bandung?

Padahal di kampung-kampung, paraji adalah pemberi pertolongan pertama bagi ibu yang akan melahirkan. Biasanya paraji itu perempuan, mencari nafkah dengan menolong ibu melahirkan. Kalau dilarang lalu apa ganti mereka untuk cari nafkah?

Kenapa para pembuat aturan itu tidak berfikir untuk menganggarkan dana APBD, memberi peningkatan kapasitas untuk para paraji supaya mereka juga punya pengetahuan medik. Biar perempuan melahirkan dapat bantuan sedini mungkin meskipun paraji yang menanggani.

Apa daya... kalau membuat kebijakanpun berdasarkan pesanan...

Sekedar intermezzo

Salam
Pongpet

18 comments:

Anonim | 29 Januari 2009 pukul 18.54

wah inimah intermezo yang berisi

salam hangat sahabat :)

Anonim | 29 Januari 2009 pukul 19.00

"Angkat topi dan jempol buat pemerintah Norwegia yang bikin aturan bagi ibu menyusui boleh cuti selama 2 tahun meskipun tunjangan hanya diberikan 3 bulan. Bukan nyalahin perempuan atau keengganan susu keluar airnya!"

ooo, tunjangannya hanya 3 bulan yah, kalo tunjangan 2 tahun ya mending pecat aja... EGP...

kalo sampe nggak keluar susunya, itu yang salah bapaknya, kurang kreatip..

wuahahahaha....

Anonim | 29 Januari 2009 pukul 20.29

@ngakak nih baca komeng bang Suryaden..he..he..

Btw kadang aturan2 memang aneh ya..atau mungkin karena yang bikin aturan itu orang2 berduit..jadi pada ngga mikir sama orang2 bawah...coba dibuat aturan2 dulu untuk calon2 penguasa dan pembuat aturan diwajibkan menjalani hidup seperti rakyat biasa..tidur dikolong jembatan dll, makan dipinggir jalan dll..seminggu aja ....hiks..biar kalo bikin aturan/UUD pikir2 dulu he..he..

Anonim | 29 Januari 2009 pukul 22.23

Wakakakak... itu ada ibu yang air susunya ngak bisa muncrat ... dan ada ibu yang langsung teler sehabis melahirkan jadi bayinya langsung ngempeng botol dan ndak mau netek lagi...

Semua itu tergantung dari masing-masing ibu... kalo aku selalu berdoa supaya punya ASI berlimpah (di sini bisa donor ASI loh)... yang penting kita tidak menelantarkan bayi kita...

Oh ya bulan ini genap 2 tahun aku momong anak masih tinggal 1 th lagi nganggurnya...hehehehehe...

Anonim | 29 Januari 2009 pukul 23.48

setujuuubanget, mereka yg membuat aturan ga pernah ngerasain susahnya ngelahirin anak, jadinya sekenanya bikin aturan

tak taukah bahwa masih banyak ibu2 di kampung2 yg lahirin anaknya tanpa pertolongan malahan.

DavidMIqbal | 30 Januari 2009 pukul 09.23

ha...ha...gokil juga y...dasar ada2 aja

Anonim | 30 Januari 2009 pukul 09.33

perda kibbla ini ada unsur positif dan negatifnya. yg postif menjamin ibu mendapat layanan kesehatan maksimal sekalipun berasal dr masyarakat miskin. yg kurang masuk akal adl kewajiban bagi ibu utk menyusui bayinya plus ancaman sanksimoral itu

lalu mengapa rakyat tak protes thd perda ini jika dianggap memberatkan dan tak masuk akal?

namaku wendy | 30 Januari 2009 pukul 13.35

wow keyen yah di norwegia bisa kek gitu, kalo dsini dkantoran seringnya bumil ato ibu yg menyusui sering dianggap menyusahkan, karena dianggap gak produktif, bentar2 ijin, melibur huhu padahal kan.. cuba indonesia bisa mencontoh norwegia yah

Anonim | 30 Januari 2009 pukul 18.30

terima kasih infonya ...

Anonim | 31 Januari 2009 pukul 02.16

Sering kali yang buat aturan ternyata gak tau kondisi lapangan.

Dan seringkali juga produk aturan/kebijakan yang dibuat memang pesanan kelompok tertentu... begitulah.

dwina | 31 Januari 2009 pukul 09.40

mungkin pemerintah bikin peraturan begitu khusus buat ibu-ibu yang asi nya keluar tapi gak mau ngasi ke bayi nya kali.

tapi kalo emang peraturannya untuk semua ibu ya susah juga kalo ada ibu2 yang asi nya gak mau keluar terus gimana donk


mau minta bantuan siapa buat ngeluarin asi nya si ibu. minta tolong pemadam kebakaran kali ya...hahahhaha

Anonim | 2 Februari 2009 pukul 18.03

...kalau membuat kebijakanpun berdasarkan pesanan...

memang seringkali kebijakan yang keluar malah selalu berbenturan/tidak sejalan dengan apa yang dinginkan oleh masyarakat seutuhnya. Semoga Pemilu nanti menghasilkan Pemimpin2 yang benar2 pro dan mengerti apa yang dibutuhkan oleh rakyat.

Anonim | 3 Februari 2009 pukul 12.17

aya-aya wae itu peraturan. yg bikin pasti bukan perempuan.. dan ngga gaul ya Teh.
di luar negeri saja sudah ada yg disebut Bank ASI. bahkan di RS Carolus Jakarta pernah ada Bank ASI meski kini tak berlanjut. Yg jelas Perda semacam itu sama sekali justru tidak gender perspective

*artikel Bank ASI ditulis di 9months (free magazine), di edisi Februari 2009
nanti kalau udah terbit juga bisa dilihat di blognya 9monthsmagazine.blogspot.com

www.katobengke.com | 3 Februari 2009 pukul 18.06

Su...Su...............
seharusnya kalau peraturan jangan hanya mengikuti kemauan mereka yang didewan ajah tapi ikuti kemauan masyarakat karna yang rasakan masyarakat,....
mereka kan hanya duduk terima gaji haram doang...

Anonim | 4 Februari 2009 pukul 06.33

Eh..eh..eh.. Aja-aja ada tuh DPR. Itu ga ada urusan sama gender. Itu adalah demokrasi yang kebablasan. Legislasi semprul. Legislator yang kapasitasnya setingkat di bawah oon. Kalo ada ibu yang ga bisa menyusui, apa akan ada satpol PP yang bertugas meresin susu?

pongpet | 5 Februari 2009 pukul 12.34

@cucuharis: salam hangat juga mas..
@suryaden: mas bapak kreatif kan.. hehe
@atca: mungkin dulunya gak belajar menggambar.. kata pak tino sidin
@juliach: selamat ultah mbak buat anaknya..
@nirmana: iya mbak makasih ya..
@david: hehehehe
@nita: protesnya dak didengar tuh..
@namaku wendy: iya neh kapan goverment di kita keyen.. makasih ya..

pongpet | 5 Februari 2009 pukul 12.40

@ocim: maksih dah mampir
@erik: kapan ya mereka gak jualan..
@dwinacute: pemadam kebakaran selangnya beda kali ya.. makasih mbak
@katakatau: makish ya..
@bunda: maksih mbak infonya
@www.kotabengke.com: magabut.. biasa.. makasih ya
@ullyanov: tertarik mengadakan pelatihannya mas buat satpol PP.. hehe makasih ya

yusman | 3 Juli 2012 pukul 09.28

saya sih setuju banget kalo ada kabupaten yang mengeluarkan perda tentang pelarangan dukun paraji menolong persalinan, itu namanya pemda setempat peduli dengan masalah kesehatan masyarakatnya karena kita sama-sama tau banyaknya kematian ibu dan bayi yang penanganan awalnya oleh dukun paraji. Masalah dukun paraji mencari nafkah saya kira bisa dialih profesikan contohnya sebagai tukang urut yang penting kan halal daripada nolong persalinan yang jelas-jelas dia gak tau ilmunya, itu kan haram apalagi sampai menyebabkan kematian..!!!

Posting Komentar

Teman Dan Warta Mereka